Pasti semua orang pernah mendapat pertanyaan "kapan menikah?"
atau ketika datang ke undangan perkawinan dan bertemu dengan teman lama, embel-embel obrolan akan menjadi "kamu kapan nyusul??"
Untuk mereka yang sudah siap mungkin akan menjawab, "yah.. mudah-mudahan secepatnya" (dijawab dengan senyuman misterius :) ), atau bahkan memang jika sudah merencanakan mereka akan menjawab sesuai dengan rencana mereka , seperti "tahun ini", atau "bulan september tahun depan" dan lain sebagainya.. lalu, bagaimana dengan mereka yang belum punya rencana?
Saya mungkin satu dari sekian orang banyak yang "membenci" pertanyaan semacam ini..
benci yang saya maksud adalah benar-benar benci! bukan karena saya tidak mau menikah (tentu saya mau sekali! bukan hanya mau, tapi butuh!! haha) tapi karena saya sendiri merasa belum pantas untuk menikah. Lohh???
Jika di tanya apa karena belum punya pasangan? saya akan menjawab saya sudah punya calonnya. Apa karena umur masih muda? i don't think so.. saya sudah punya KTP sejak 6 tahun yang lalu, yang seharusnya sudah "melegalkan" usia saya. Karena belum mendapatkan pekerjaan? Mungkin memang saya belum bekerja karena saya melanjutkan kuliah dan saya pikir itu bukan halangan bukan? Lalu apa??
Saya membenci pertanyaan seperti ini karena saya tidak punya jawabannya.,
Mungkin kalau orang lain akan mengelak dengan bercanda menjawab "kapan-kapan" atau "rencananya besok pagi kalau tidak hujan, dan lain sebagainya.
Tapi saya sering bingung untuk menjawab pertanyaan ini karena setiap orang bertanya, saya akan benar-benar memikirkan "kapan" sebenarnya saya akan menikah.. make sense?? hahaha
Pertanyaan-pertanyaan seperti itu akhirnya mendorong saya untuk benar-benar memikirkan masa depan.. Seperti kapan tepatnya saya akan menikah atau seperti apa kehidupan saya setelah menikah nanti..
Saya mengenal berbagai macam latar belakang dalam kehidupan saya, mulai dari pernikahan usia muda, sampai (maaf) perpisahan.. Bukan urusan saya sebenarnya, tapi mau tidak mau karena hal tersebut terjadi di sekitar saya, saya harus mengamati..
dari berbagai kehidupan tersebut saya banyak belajar tentang bagaimana "seharusnya" membangun sebuah keluarga..
Untuk saya,menikah tidak semudah kelihatannya..
Bahkan jika saya sudah punya semua yang saya butuhkan untuk menikah, misalnya pasangan, materi dan lain sebagainya, saya tidak akan langsung mengatakan "Ya, saya bersedia!"
Menikah bukan hanya tentang menyatukan dua pribadi..
Menikah artinya ber-pribadi yang baru..
Saya memang belum pernah menikah, tetapi gagasan untuk berubah menjadi pribadi "baru" sedikit menakuti saya..
Singkatnya begini, ketika menjalani kehidupan kita sendiri, kita hanya perlu menyerah dan memahami diri kita sendiri.. artinya kita mengenal diri kita sendiri dan belajar mengatasi yang terjadi dalam diri kita sendiri..
Ketika memutuskan menikah, untuk saya, saya harus - setidaknya - mengenal diri saya dengan lebih baik..
Menikah artinya kita memulai untuk mengenal pribadi yang lain, bukan hanya mengenal, kita harus memahami dan menghormati pribadi tersebut.. kita tidak hanya "menangani" pribadi orang lain, tetapi harus kalah (in a good way) terhadap pribadi tersebut.. Sedangkan pribadi kita sendiri saja belum tentu kita kalahkan..
Saya - sayangnya - belum bisa mengalahkan diri sendiri, setidaknya untuk saat ini..
Akan butuh waktu yang lama, bahkan seumur hidup untuk melakukannya..
Hanya saja, saat ini saya belum siap untuk "membagi pribadi" saya dengan orang lain..
Saya sangat menikmati "pribadi" saya saat ini, dan masih sangat ingin mengenalnya dengan baik..
Membangun sebuah keluarga, sama halnya dengan berlayar di lautan yang luas..
Ada arus dan arah angin yang membuat terombang-ambing, jika nahkoda-nya tidak cukup pintar untuk mengendalikan, kapalnya akan karam..
Perlu pemikiran yang benar-benar matang untuk memutuskan menikah..
Banyak pertimbangan yang harus dipikirkan.. bukan saja emosi sesaat..
Yang sebenarnya harus benar-benar dipikirkan adalah bagaimana kehidupan saya setelah menikah..
mampukah saya? siap kah saya?
Jika di tanya kapan siapnya, orang pasti tidak akan ada yang siap..
Tapi setidaknya, jika bukan untuk saya, saya harus mepersiapkan diri untuk suami saya..
mempersiapkan untuk anak-anak saya kelak.. karena bagaimanapun contoh anak-anak adalah orang tuanya.. Kalau orang tuanya saja tidak paham benar apa yang harus dilakukan, bagaimana anak-anaknya nanti??
Pemikiran ini adalah teori, begitu pula keputusan masing-masing orang..
Bisa dikatakan saya berfikir terlalu muluk atau terlalu jauh.. Tapi buat saya, membangun sebuah keluarga adalah membangun generasi.. Jika generasi dibangun dengan cara yang tidak dipertimbangkan dengan baik-baik, bisa rubuh nanti.. hehehehe
Mungkin alasan sebenarnya saya belum ingin menikah adalah karena saya takut untuk menghadapi realita.. Takut untuk terjebak dalam "rutinitas" yang disebut keluarga ini..
Atau mungkin alasan sebenarnya adalah karena memang belum ada yang melamar saya?? #kodekerass!! haha :p
atau ketika datang ke undangan perkawinan dan bertemu dengan teman lama, embel-embel obrolan akan menjadi "kamu kapan nyusul??"
Untuk mereka yang sudah siap mungkin akan menjawab, "yah.. mudah-mudahan secepatnya" (dijawab dengan senyuman misterius :) ), atau bahkan memang jika sudah merencanakan mereka akan menjawab sesuai dengan rencana mereka , seperti "tahun ini", atau "bulan september tahun depan" dan lain sebagainya.. lalu, bagaimana dengan mereka yang belum punya rencana?
Saya mungkin satu dari sekian orang banyak yang "membenci" pertanyaan semacam ini..
benci yang saya maksud adalah benar-benar benci! bukan karena saya tidak mau menikah (tentu saya mau sekali! bukan hanya mau, tapi butuh!! haha) tapi karena saya sendiri merasa belum pantas untuk menikah. Lohh???
Jika di tanya apa karena belum punya pasangan? saya akan menjawab saya sudah punya calonnya. Apa karena umur masih muda? i don't think so.. saya sudah punya KTP sejak 6 tahun yang lalu, yang seharusnya sudah "melegalkan" usia saya. Karena belum mendapatkan pekerjaan? Mungkin memang saya belum bekerja karena saya melanjutkan kuliah dan saya pikir itu bukan halangan bukan? Lalu apa??
Saya membenci pertanyaan seperti ini karena saya tidak punya jawabannya.,
Mungkin kalau orang lain akan mengelak dengan bercanda menjawab "kapan-kapan" atau "rencananya besok pagi kalau tidak hujan, dan lain sebagainya.
Tapi saya sering bingung untuk menjawab pertanyaan ini karena setiap orang bertanya, saya akan benar-benar memikirkan "kapan" sebenarnya saya akan menikah.. make sense?? hahaha
Pertanyaan-pertanyaan seperti itu akhirnya mendorong saya untuk benar-benar memikirkan masa depan.. Seperti kapan tepatnya saya akan menikah atau seperti apa kehidupan saya setelah menikah nanti..
Saya mengenal berbagai macam latar belakang dalam kehidupan saya, mulai dari pernikahan usia muda, sampai (maaf) perpisahan.. Bukan urusan saya sebenarnya, tapi mau tidak mau karena hal tersebut terjadi di sekitar saya, saya harus mengamati..
dari berbagai kehidupan tersebut saya banyak belajar tentang bagaimana "seharusnya" membangun sebuah keluarga..
Untuk saya,menikah tidak semudah kelihatannya..
Bahkan jika saya sudah punya semua yang saya butuhkan untuk menikah, misalnya pasangan, materi dan lain sebagainya, saya tidak akan langsung mengatakan "Ya, saya bersedia!"
Menikah bukan hanya tentang menyatukan dua pribadi..
Menikah artinya ber-pribadi yang baru..
Saya memang belum pernah menikah, tetapi gagasan untuk berubah menjadi pribadi "baru" sedikit menakuti saya..
Singkatnya begini, ketika menjalani kehidupan kita sendiri, kita hanya perlu menyerah dan memahami diri kita sendiri.. artinya kita mengenal diri kita sendiri dan belajar mengatasi yang terjadi dalam diri kita sendiri..
Ketika memutuskan menikah, untuk saya, saya harus - setidaknya - mengenal diri saya dengan lebih baik..
Menikah artinya kita memulai untuk mengenal pribadi yang lain, bukan hanya mengenal, kita harus memahami dan menghormati pribadi tersebut.. kita tidak hanya "menangani" pribadi orang lain, tetapi harus kalah (in a good way) terhadap pribadi tersebut.. Sedangkan pribadi kita sendiri saja belum tentu kita kalahkan..
Saya - sayangnya - belum bisa mengalahkan diri sendiri, setidaknya untuk saat ini..
Akan butuh waktu yang lama, bahkan seumur hidup untuk melakukannya..
Hanya saja, saat ini saya belum siap untuk "membagi pribadi" saya dengan orang lain..
Saya sangat menikmati "pribadi" saya saat ini, dan masih sangat ingin mengenalnya dengan baik..
Membangun sebuah keluarga, sama halnya dengan berlayar di lautan yang luas..
Ada arus dan arah angin yang membuat terombang-ambing, jika nahkoda-nya tidak cukup pintar untuk mengendalikan, kapalnya akan karam..
Perlu pemikiran yang benar-benar matang untuk memutuskan menikah..
Banyak pertimbangan yang harus dipikirkan.. bukan saja emosi sesaat..
Yang sebenarnya harus benar-benar dipikirkan adalah bagaimana kehidupan saya setelah menikah..
mampukah saya? siap kah saya?
Jika di tanya kapan siapnya, orang pasti tidak akan ada yang siap..
Tapi setidaknya, jika bukan untuk saya, saya harus mepersiapkan diri untuk suami saya..
mempersiapkan untuk anak-anak saya kelak.. karena bagaimanapun contoh anak-anak adalah orang tuanya.. Kalau orang tuanya saja tidak paham benar apa yang harus dilakukan, bagaimana anak-anaknya nanti??
Pemikiran ini adalah teori, begitu pula keputusan masing-masing orang..
Bisa dikatakan saya berfikir terlalu muluk atau terlalu jauh.. Tapi buat saya, membangun sebuah keluarga adalah membangun generasi.. Jika generasi dibangun dengan cara yang tidak dipertimbangkan dengan baik-baik, bisa rubuh nanti.. hehehehe
Mungkin alasan sebenarnya saya belum ingin menikah adalah karena saya takut untuk menghadapi realita.. Takut untuk terjebak dalam "rutinitas" yang disebut keluarga ini..
Atau mungkin alasan sebenarnya adalah karena memang belum ada yang melamar saya?? #kodekerass!! haha :p