Sepanjang perjalanan pulang, aku berfikir, bagaimana bisa ini terjadi?
Rasanya semua baik-baik saja.. Tidak ada yang salah.. kenapa kita bisa berakhir seperti ini?
Aku sama sekali tidak mengerti kenapa hal yang baik-baik saja, bahkan sangat indah, bisa berubah menjadi mimpi buruk hanya dalam waktu satu malam saja? Kemana 364 hari yang kita habiskan bersama kemarin?
Aku masih melamun saat tiba-tiba ponselku berbunyi, "mama", nama yang tertera di layar smartphoneku..
Aku mengabaikan panggilan itu, tidak berani menjawabnya, karena pasti akan ada pertanyaan, "gimana Nara, Bim? Suka sama cincinya?" ya.. hari ini, tepat 1 tahun kita bersama, aku ingin melamarmu, aku ingin mengatakan bahwa aku ingin hidup selamanya bersamamu, melewatkan 365 hari yang lain.. melewatkan 12 bulan yang lain.. ah.. hatiku hancur, kepalaku rasanya ingin meledak.. sebaiknya malam ini aku tidak pulang ke rumah dulu..
Aku memberhentikan mobilku di salah satu coffeshop yang buka 24jam..
Aku duduk di pojok, sudut kesukaan kita..
Rasanya aku ingin menangis, ingin teriak, tapi aku pikir tidak akan cukup..
Lagipula, tidak akan membuatmu kembali padaku..
Aku hanya menghela nafas panjang, lalu mengirim pesan ke mama..
"Ma, Abim gak pulang dulu yaa.. ini langsung ke rumah Rio, besok dia minta tolong bantuin buat pindah apartemen"
yah.. tidak sepenuhnya bohong sih, walaupun sebenarnya Rio baru akan pindah minggu depan..
Tiba-tiba saja, handphoneku bergetar, "Rio Cemen" nama yang tertera di sana.. Gilak ni anak? panjang umur banget? pikirku..
Aku lalu mengangkat telepon itu..
"Halo?" tanyaku
"ABIM! GIMANA? LANCAR LAMARAN LOE?" balas suara seberang setengah berteriak, membuatku menjauhkan handphone
"Gue Putus" jawabku singkat
"HAH? GUE GAK SALAH DENGER? KOK BISA?"
"LOHH.. ABIM LOE BILANG APA BARUSAN? PUTUS??" teriak suara wanita di sana, yang tidak lain dan tidak bukan adalah Mela, tunangan Rio
"Lah, loe loudspeaker?"
"hehee.. iyaa sorry, Mela juga mau dengar soalnya.. Loe di mana? Gue samperin deh.. sekalian nganter Mela balik.. Loe gapapa kan?" tanya Rio
"Iya gapapa, lagi pengen nenangin diri dulu.. udah loe gak usah ke sini.. nanti kalo udah enakan, gue ke apart loe"
"ya udeh, oke.. jangan bunuh diri loe!" canda Rio
"apasih loe, udah gue matiin" aku lalu mematikan telepon dari Rio
Aku kembali melamun.. memikirkan apa yang terjadi..
Pikiranku melayang ke 24 bulan yang lalu, saat pertama aku melihatmu.
Suara cekikikan dari meja sebelah sedikit mengganggu ketika aku sedang mengerjakan laporan kerjaku..
Aku menoleh dan mendapati 3 orang wanita sedang tertawa, dan entah bagaimana bisa, mataku beradu pandang denganmu..
Untuk sepersekian detik aku merasa membeku.. padahal, tadinya aku hanya ingin memberikan peringatan dengan pandanganku kepada kalian supaya jangan berisik..
Tapi justru aku yang mematung menatapmu..
Tidak tahu bagaimana bisa, hanya dengan tatapan itu aku langsung jatuh cinta.. ah, lebay rasanya.. tapi, ya memang itu rasanya..
Aku langsung menghadap komputer lagi, menenangkan jantung yang tiba-tiba berdegup kencang..
Akhirnya, aku memutuskan untuk ke toilet, memperbaiki penampilanku..
Kamu membuatku kaget ketika berpapasan di toilet dan bertatapan (lagi) di sana..
Kamu tersenyum, lalu menganggukkan kepala..
Tadinya aku ingin ikut tersenyum, tapi yang tampak malah sepertinya seringai yang menakutkan..
Kamu berjalan duluan di depan dan kembali duduk bersama teman-temanmu..
Sampai akhirnya mereka pergi, dan kamu masih duduk di situ..
Untuk beberapa lama, suara di otakku terus menyuruhku untuk mendekatimu, sampai akhirnya..
aku memutuskan untuk menghampirimu..
"Halo" sapaku
Kamu mengangkat wajahmu, memperhatikan sekitar, bingung karena aku tiba-tiba menyapamu..
"Halo.." balasmu sambil tersenyum bingung
"Sorry, boleh gue duduk di sini?" aku menunjuk kursi yang ada di depanmu
"Oh iya boleh.. duduk aja.." kamu mempersilahkan..
"Thanks.. sorry, gue ganggu ya?"
"oh.. enggak kok..ada apa ya?" tanyamu
"oh.. eng.. nggak apa-apa sih.. cuma mau kenalan boleh?"
kamu terlihat lega.. tersenyum lebih lebar dari sebelumnya.. lalu tertawa..
"kenapa? ada yang lucu?" tanyaku bingung
kamu menggelang.. "sorry.. aku pikir kamu mas-mas yang mau nawarin produk"
"ha? hahahhaha.. enggaklah..hahhaaa"
Sore itu kita tertawa bersama.. suasana mengalir begitu saja..
Sampai akhirnya, satu tahun berlalu begitu saja dan tepat tanggal ini aku memintamu untuk menjadi kekasihku..
"Nara.. pacaran yuk!" pintaku langsung
"Emang jaman sekarang masih ada pacar-pacaran?" tanyamu setengah bercanda
"Mau apa enggak?" tanyaku lagi
"hahahaha.. iyaaa.. ayuklah.. biar kayak abege lagi kita" kamu tertawa lagi..
Ah, sungguh bahagia rasanya malam itu.. setahun yang lalu..
Malam ini, berbagai macam skenario sudah aku bayangkan..
aku pikir kamu kamu akan memelukku dan say "yes"
atau menangis terharu.. atau bahkan langsung memelukku dan menciumku..
Nara.. kenapa jadi begini? aku meringis dalam hati..
Hari ini kamu minta tidak di jemput, karena katamu kamu mau mampir dulu ke tepat yang lain..
Ada yang memang berbeda ketika ketemu tadi.. senyummu.. tidak sehangat biasanya..
"Hai" sapaku, tersenyum ceria
kamu hanya tersenyum membalasnya..
"Aku udah pesenin kamu matcha tadi.."
kamu mengangguk.. masih dengan senyum dingin..
"Kamu kenapa? kok seperti ada masalah gitu?'
"Abim, maaf ya.. aku pingin putus"
"Ha? maksudnya?" aku yakin aku salah dengar
"Iya Abim, aku ingin putus" katamu lagi
Hening.. aku bingung..aku berpikir..
"Kenapa? Aku salah apa?" tanyaku, masih mencerna semuanya
Kamu menggeleng.."Abim, ini tentang aku, bukan tentang kamu" jawabmu
"Maksudnya? ini harusnya jadi tentang kita kan?" tanyaku dengan heran
Kamu menunduk.. Diam..
"Abim.. aku nggak bisa sama kamu lagi.. aku capek..." jawabanmu menggantung
"Aku pikir, kamu bakal berubah setelah kita pacaran.. aku pikir aku bisa merubah kamu.. tapi aku salah.."
"Ha? Maksud kamu apa sih? aku nggak ngerti.."
Kamu menghela nafas..
"Aku capek Abim.. aku bosan.."
"Bosan?"
"Iya.. aku bosan.."
"Kamu terlalu baik.. hubungan ini terlalu monoton.." kamu diam
"Kamu baik banget Abim, kamu selalu bikin aku senang.. kamu gak pernah marah kalau aku bikin salah.. malah kamu yang selalu minta maaf karena merasa kurang.. padahal jelas-jelas semua salahku..
aku mencerna semua kata-katamu
"Lalu maksudmu? kamu lebih suka aku cuek? lebih senang kalau aku marah-marah?" tanyaku, masih tidak mengerti
Kamu menggeleng, "enggak Abim.. enggak begitu.. tapi aku inginnya, kalau kamu marah, kamu kesal sama aku, harusnya kamu bilang.. marahin aku.. supaya aku juga bisa memperbaiki diriku.."
"kamu selalu ngomong, 'nggak apa-apa Nara' atau 'aku yang salah Nara.. maaf yaa' itu yang bikin aku nggak tahu di mana letak kesalahanku.. yang harusnya bisa bikin aku instropeksi diri..yang harusnya bisa bikin hubungan ini bertumbuh.."
"Abim, maaf ya harus berakhir seperti ini.. tapi aku gak tau lagi harus gimana.. aku kenal sama kamu, kalau aku ngomongin masalah ini, kamu pasti bakal merasa kalo kamu yang selalu kurang.. padahal enggak gitu Abim.. kamu lebih.. terlalu lebih.. dan maaf, aku gak bisa terima itu.. aku nggak layak.." kata-katamu menggantung, aku mendengar kamu juga terisak, kamu juga sedih..
"Apa nggak bisa kita omongin dulu ra? apa harus langsung putus kayak gini?"
kamu menggeleng.. "enggak Abim, aku enggak mau semakin nyakitin kamu.. aku sudah kenal kamu dua tahun, dan aku yakin kamu enggak bisa berubah.. kesempatan itu enggak ada.. maafin aku Abim.." kamu tertunduk, sedikit terisak..
Waitress datang dan membawakan pesanan kita..
aku menghela nafas.. "lalu maumu? kita putus?" tanyaku, pasrah..
kamu mengangguk.."iya, aku mau kita selesai.."
Aku menyenderkan tubuhku di kursi, sambil memijat kepalaku yang entah kenapa tiba-tiba pusing..
hening lama.. sampai akhirnya aku mengucapkan kalimat, yang kalau situasinya berbeda, juga akan berbeda..
"Baiklah Nara, jika itu maumu.. kita putus saja.."
aku menahan segala sesak di dada.. aku tahan air mata yang sedari tadi sudah ingin menyeruak keluar..
Ah sayang, harusnya ini adalah saat bahagia untuk kita..
kamu diam lama, mengusap air matamu lalu berkata..
"kalau begitu, aku mau pulang ya Abim.. maaf.. aku sudah nyakitin kamu.."
"loh, nggak aku antar?" kamu menggeleng, "nggak usah.. Aku sudah pesan Grab.. Sampai jumpa Abim.. semoga kamu bisa bertemu dengan wanita yang lebih baik dari aku.." katamu sendu, lalu cepat-cepat bergegas pergi..
Aku hanya menatap punggungmu..
Nara, ini GILA! harusnya nggak begini..
Harusnya malam ini aku jadi laki-laki yang paling bahagia di muka bumi!
Aku mengusap wajahku dengan gusar, bingung.. pikiran ku melayang-layang ke semua kenangan kita.. semua yang sudah kita lalui.. Nara.. Kenapa harus jadi begini??
Aku termenung, aku memikirkan apa sebenarnya yang salah dalam hubungan ini?
Apa yang kamu minta selalu aku turuti, apa yang kamu mau selalu aku berikan, kalau kamu salah pasti aku yang minta maaf lebih dulu, kurang apa hubungan ini sebenarnya? Terlalu baik? lalu aku harus apa? marah-marah? cuek? atau bagaimana? apa yang yang harus aku lakukan.. apaa..??
Aku menghela nafas kencang dengan harapan rasa sesak ini akan hilang.. tapi nyatanya tidak.. rasa sesak ini justru bertambah ketika aku mengingatmu..
Nara.. aku yakin aku telah memperlakukanmu dengan sebaik-baiknya yang aku bisa, aku mengorbankan sebanyak-banyaknya yang aku mampu, bahkan aku rela melakukan apapun demi kamu.. Nara, apakah cinta yang seperti ini salah? apakah sikapku ini membuatmu begitu tidak nyaman sehingga kamu memutuskan untuk pergi dari aku?
Tak lama kemudian, sebuah lagu terdengar dari playlist coffee shop.. sepertinya lagu yang sudah lama..
aku mendengarkan dengan seksama, memang bukan musik favoritku.. hanya saja kata-katanya menarik perhatianku..
..i could say i'm sorry..
..wouldn't mean a thing..
..tell you what you want to hear..
..baby, what you wanted wasn't for me..
..held you by a string..
..had to cut you loose..
..cause forever something we can't be..
aku tertegun..
apakah ini yang selama ini kamu rasakan Nara?
apakah cintaku ini terlalu berat untukmu?
apakah yang aku lakukan selama ini hanya menjadi beban untukmu?
aku menyesap kopi di depanku..
rasanya sekarang aku mengerti tentang semuanya..
aku mengerti kenapa kamu akhirnya memilih pergi..
mungkin, selama ini kamu merasa terkekang oleh cintaku..
mungkin, sikapku selama ini justru membuatmu ragu..
Ragu dengan apa yang mungkin kita hadapi nanti..
Ragu jika nanti kamu hanya bisa diam saja dan mendengarkan tanpa bisa mengungkapkan apa inginmu..
Nara, maafkan aku yang selama ini hanya mencoba bertahan..
aku hanya berusaha untuk tidak menyakitimu..
aku hanya ingin kamu di sisiku selamanya..
tapi rupanya aku salah.. rupanya ini terlalu rumit untuk kamu..
Terima Kasih Nara...
Terima kasih karena sudah hadir dalam hidupku, dan membuatku mengerti tentang rasa..
Terima kasih karena kamu sudah memberikan aku kebahagian sepanjang ratusan hari kemarin..
Terima kasih sudah menjadi bagian penting dalam hidupku..
saat ini aku mungkin hancur, tapi berkat kamu, aku pasti akan lebih kuat lagi..
semoga kamu bahagia dengan pilihanmu Nara..
aku akan tetap mendoakan kamu, karena aku mencintaimu..
..you deserve the chance at the kind of love..
..i'm not sure i'm worthy of..
..losing you is painful to me..
0 komentar:
Posting Komentar