Kamis, 21 April 2016

Happy Kartini's Daaaayyyyy!!!!

"Banyak hal yang bisa menjatuhkanmu. Tapi hal yang benar-benar bisa menjatuhkanmu adalah sikapmu sendiri" RA - Kartini

Masih dalam suasana Kartini-an, mari kita bahas sedikit pandangan issue Kartini di masa sekarang.
Siapa sih yang disebut Kartini di masa sekarang? Apakah semua wanita layak di sebut Kartini? Oh ya, tentu saja.

Wanita kerap kali dianggap sebagai makhluk lemah. Wanita dianggap tidak bisa bekerja sekeras dan sebaik Pria. Ah, siapa bilang?

Kebetulan, Ibu saya adalah seorang PNS. Beliau sudah bekerja kurang lebih 22 tahun sebagai PNS. Saya yakin, asam garam dunia pekerjaan sudah dilahap oleh beliau. Berangkat jam 7 pagi dan pulang sampai jam 5 sore - bahkan kadang lebih - beliau lakukan selama bertahun-tahun. Tugas dinas ke luar kota, dari pedalaman Papua sampai kota besar seperti Jakarta sudah beliau lakoni. Saya sendiri heran bagaimana beliau bisa sekuat itu? Apalagi menghadapi lingkungan yang notabene keras dan mengancam seperti itu?? kalau saya sih sudah lengser duluan.. haha

Sebenarnya untuk apa sih ibu itu bekerja? Memangnya gaji ayah kurang untuk menghidupi kami? Oh, tentu saja tidak. Puji Tuhan ayah tidak pernah kekurangan rejeki, dan ibu, kebetulan selalu menambah rejeki itu.
Lalu untuk apa? Gengsi? Biar tambah gaya dan berduit? Manaaa adaaa???? Ibu saya saja HPnya masih Nokia N-70 sampai sekarang.. haha..  Apa ya tujuannya ibu bekerja sekeras itu? Yep! Jawabannya adalah Kebutuhan. Bukan kekurangan materi, tetapi kebutuhan yang tidak pernah bisa kita duga.

Tahun 2010 lalu kalau tidak salah, ayah saya terkena serangan jantung koroner, dan harus pasang ring. Anda tahu biaya pasang satu buah ring saja, sudah cukup untuk membeli 5 buah laptop baru. sedangkan ayah saya, harus pasang 3 ring. Walahhhh.. bisa untuk beli 1 mobil ini.. Tetapi herannya, ibu dan ayah saya menyikapi dengan tenang. Mereka tidak ke-lempok-an untuk ke sana-sini meminjam uang. Mereka - ibu khususnya - memiliki tabungan yang cukup. Puji Tuhan, operasi saat itu berjalan lancar dan ayah saya sehat walafiat sampai saat ini. Saya tidak membayangkan apa yang terjadi pada ayah, kalau kami tidak punya kesempatan untuk mengoperasi beliau.. huhu

Saya jadi teringat perkataan seorang suster kepada saya "kamu perempuan nduk (nak-red), kamu harus bekerja supaya kalau satu jatuh, ada yang lain yang menopang" what the meaning of?? Ada satu pengalaman kenalan saya, saat itu suaminya dipecat dari pekerjaan, dan betapa beruntungnya isterinya bekerja (dulu oleh pria ini dilarang untuk bekerja). Bayangkan kalau tidak? Apa yang akan terjadi? Anak mereka masih kecil-kecil dan butuh biaya yang besar, mau mengandalkan pesangon?

Saya menulis ini bukan untuk merendahkan ibu rumah tangga.. apa saya gila?? haha.. bagaimanapun pekerjaan seorang ibu adalah yang paling mulia. Terlepas beliau bekerja untuk kantor ataupun melakukan aktifitasnya dirumah. saya hanya ingin sedikit berbagi pengalaman dan sedikit membuka wawasan saja. Ayah saya pribadi pernah bilang ke saya - catat! ini ayah saya sendiri yang bilang - "kamu jadi perempuan itu harus kerja, supaya kamu tidak bergantung sama orang lain. Supaya kamu tidak diinjak oleh laki-laki"
Nah! ayah saya saja sudah bilang begitu? itu artinya beliau ingin anak perempuannya ini supaya berpenghasilan sendiri dan mendapatkan hidup yang layak, dan tentunya tidak di-enyek oleh laki-laki. Lalu kenapa pula anaknya ini harus berfikir ingin stay saja di rumah??

Perdebatan tentang seorang wanita yang harus bekerja atau menjadi ibu rumah tangga, sampai saat ini masih sering sekali terjadi. Menurut saya itu adalah pilihan masing-masing orang. kita tidak bisa serta merta merubah cara pandang orang lain. Menjadi wanita karir itu baik, menjadi ibu rumah tangga juga baik. apalagi bisa menjalani ke-2-nya. wah, upahmu besar di Surga nak! hehe.. Tetapi kembali lagi itu adalah pilihan, dan pintar-pintarnya seorang perempuan untuk mengatur kehidupannya.


Saya yakin, banyak ibu rumah tangga saat ini yang hidupnya juga sangat bekecukupan. Terlepas dari suami yang bekerja, saat ini banyak usaha-usaha yang dapat dilakukan di rumah. Misalnya seperti  berjualan online, membuka pesanan kue, warung makan, dan lain sebagainya. Nah, ibu rumah tangga juga tidak mau kalah dong dengan wanita karir. Bahkan pasti ibu rumah tangga ini merasa bangga karena bisa bekerja sambil merawat anak,, hehe :P

Yang jelas, apapun pilihannya, seorang wanita tidak boleh kalah dengan keadaan. Menjadi Kartini tidak berarti harus berkarir tinggi, tidak pula menjadi ibu rumah tangga yang hanya diam saja dirumah. Kartini adalah berjuang untuk diri sendiri, menjadi panutan bagi anak-anak, memilih pilihan yang tepat untuk keluarga dan berani menghadapi segala resiko! GO GO KARTINI INDONESIA!!

Nb: Mohon maaf jika ada kesalahan penulisan dan menyinggung berbagai pihak. Baru belajar menulis :D  

1 komentar: